Rabu, 03 November 2010

Nguna 1 : Makan bersama Eyang Nurkasan

Setiap Pagi Eyang Nurkasan tidak pernah terlewat karena sudah menjadi tugas rutin, setelah turun (pulang) dari masjid, (beliau selalu kelura dari masjid setelah Duha) beliau melakukan tugasnya yaitu menyapu halaman sekeliling rumah, dari belakang rumah, samping rumah, kemudian kedepan rumah; kemudian beliau lanjutkan menyapu jalan, dari jalan depan rumah hingga ke pojok kuburan. setiap senin dan kemis beliau menyapu sampai ke Kuburan mbulu tempat Eyang Muhamad Daim (ayah beliau dikebumikan). oh ya.. selama beliau hidup keluarga kami (Eyang Kusen) tinggal dirumah pokok (rumah Eyang Nurkasan).
Inilah salah satu pelajaran dalam bentuk teladan samapi sekarang anak cucunya sepanjang pengamatan saya belum ada yang dapat menirunya ; yakni shalat subuh dimasjid dilanjutkan dzikir baru turun dari masjid setelah duha, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas berberes, bebersih sebegai awal kegiatan pagi hari.

Sekitar jam 9 pagi baru beliau sarapan pagi.
Saya paling suka makan bersama beliau karena makanannya enak-enak; beliau sering mendapat "punjungan" (kiriman dari orang yang khajat).
Yang sangat menarik adalah prosedur tetap beliau dalam acara makan. Yakni selalu makan bersama, tempatnya di "amben" (dipan), duduk bersila; selalu diawali dengan do'a.
Mengawali makan dengan "ngemplok" tiga suap nasi (dengan tiga jari), kemudian "nutul" garam (dengan jari telunjuk) tiga kali baru menyuap nasi kembali; baru kemudian mengambil lauk. Hebatnya untuk orang sesepuh beliau (seingat saya beliau sudah sepuh jalannya selalu membawa "Teken") ketika makan, tidak ketinggalan "myigit" cabai.
Setiap makan, selalu disisakan dari piringnya untuk dibagi-bagikan kepada yang menemani makan bersama,  saya suka sekali dengan hal ini dan selalu saya tunggu-tunggu, belum mundur kalau belum diberi "bongkokan";      setiap orang akan kebagian sesuap-sesuap nasi sisa yang sudah kecampuran sayur sisa makan Eyang. Beliau memmberikan sesuap nasi sambil mendo'akan "nyah kiye Dul men Pinter, men cepet gede" do'anya tergantung orang yang diberi masing-masing kepingin apa.
Kalu saya haus Eyang akan menyuruh saya minum air kobokan bekas cucian tangan beliau dengan dimotivasi "kiye nginum kiye kobokan men gelis gedhe, men dadi bocah pinter" dan anehnya saya juga manut / nurut saja. Ada juga yang selalu menolak ketika diberi nasi sisa atau minum kobokan; dengan alasan sudah kenyanglah, atau apa. yang sebenarnya jijik dengan makan sisaan atau minum kobokannya.
Dan setelah minum kobokan atau makan sisaan Eyang Alhamdulillah sehat-sehat saja.
Dari prosedur makan yang demikian, Eyang senantiasa sehat, giginya utuh hingga akhir hayatnya. Subhanallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar